Selasa, 18 November 2014

askep otitis media akut OMA

By : Elsa Herlinda


BAB I
TINJAUAN TEORI

A.           PENGERTIAN
Otitis media adalah infeksi telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (Otitis Eksternal), saluran telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis), dan telinga bagian dalam (labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamasi telinga tengah berhubungan dengan efusi telinga tengah. (Rahajoe, 2012)
Otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 2002)
Otitis media akut ialah radang akut telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi atau anak yang biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas (Schwartz 2004, h.141)

B.            ETIOLOGI
Penyebab otitis media akut menurut Wong et al 2008, h.943 ialah Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Sedangkan penyebab dari noninfeksius tidak diketahui, meskipun sering terjadi karena tersumbatnya tuba eustasius akibat edema yang terjadi pada ISPA, rinitis alergik, atau hipertrofi adenoid. Merokok pasif juga menjadi faktor penyebab otitis media. Selain itu menurut Muscari 2005, h.220 otitis media terjadi karena mekanisme pertahanan humoral yang belum matang sehingga meningkatkan terjadinya infeksi, pemberian susu bayi dengan botol pada posisi terlentang akan memudahkan terkumpulnya susu formula di rongga faring, pembesaran jaringan limfoid yang menghambat pembukaan tuba eustachii. Posisi tuba eustachii yang pendek dan horisontal, perkembangan saluran kartilago yang buruk sehingga tuba eustachii terbuka lebih awal.

C.            PATOFISIOLOGI
Otitis media terjadi akibat disfungsi tuba eustasius. Tuba tersebut, yang menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring, normalnya tertutup dan datar yang mencegah organisme dari rongga faring memasuki telinga tengah. Lubang tersebut memungkinkan terjadinya drainase sekret yang dihasilkan oleh mukosa telinga tengah dan memungkinkan terjadinya keseimbangan antara telinga tengah dan lingkungan luar. Drainase yang terganggu menyebabkan retensi sekret di dalam telinga tengah. Udara, tidak dapat ke luar melalui tuba yang tersumbat, sehingga diserap ke dalam sirkulasi yang menyebabkan tekanan negatif di dalam telinga tengah. Jika tuba tersebut terbuka, perbedaan tekanan ini menyebabkan bakteri masuk ke ruang telinga tengah, tempat organisme cepat berproliferasi dan menembus mukosa (Wong et al 2008, h.944)

D.           STADIUM
            Stadium Otitis Media Akut dibagi menjadi :
1.        Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Terdapat gambaran retraksi/penonjolan membran tympani akibat tekanan negatif di dalam telinga tengah kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi.
2.        Stadium Hiperemis (Presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebat di membran tympani atau seluruh membran tympani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.
3.        Stadium Supurasi
Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel ephitel superfisial. Serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran tympani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
4.        Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman yang tinggi, maka akan terjadi ruptur membran tympani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.
5.        Stadium Resolusi
Bila membran tympani tetap utuh, maka keadaan membran tympani perlahan-lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.

E.            MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari OMA tergantung pada stadium penyakit dan umur klien.
a.         Stadium Hiperemi
·      Nyeri dan rasa penuh dalam telinga karena tertupnya tuba eustachius yangmengalami hiperemi dan edema
·      Demam
·      Pendengaran biasanya masih normal
b.        Stadium Oklusi
             ·      Nyeri dan demam bertambah hebat
             ·      Pada anak : panas tinggi disertai muntah, kejang, dan meningismus
             ·      Pendengaran mulai berkurang
c.         Stadium Supurasi
·      Keluar sekret dari telinga
·      Nyeri berkurang karena terbentuk drainase akibat membran timpani ruptur
·      Demam berkurang
·      Gangguan pendengaran bertambah karena terjadi gangguan mekanisme konduksi udara dalam telinga tengah
d.        Stadium Koalesen
            Nyeri tekan pada daerah mastoid, dan akan terasa berat pada malam hari.
e.         Stadium Resolusi
Pendengaran membaik atau kembali normal.

F.             TERAPI
Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberian antibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
a.         Stadium Oklusi
Tujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun dan pada orang dewasa).
b.        Stadium Presupurasi
Obat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari golongan penisilin/ampisilin).
c.         Stadium Supurasi
Disamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi bila membran tympani masih utuh.
d.        Stadium Perforasi
            Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat.
e.         Stadium Resolusi
Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi dan perforasi membran tympani menutup.

G.           KOMPLIKASI
            Komplikasi yang terjadi pada OMA adalah :
            1.    Infeksi pada tulang sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
            2.    Labirinitis (infeksi pada kanalis semisirkuler).
            3.    Tuli
            4.    Peradangan pada selaput otak (meningitis).
            5.    Abses otak
            6.    Ruptur membrane timpani
            7.    Tuli jangka pendek
Tanda-tanda terjadi komplikasi :
            1.    Sakit kepala
            2.    Tuli yang terjadi secara mendadak
            3.    Vertigo (perasaan berputar)
            4.    Demam dan menggigil

H.           PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Muscari 2005, h.220 ialah :
1.        Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani.
2.        Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membran timpani). Uji sensitivitas dan kultur dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme pada sekret telinga.
3.        Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap kehilangan pendengaran sekunder akibat infeksi berulang.

I.              PENATALAKSANAAN
1.        Penatalaksanaan medis menurut Dowshen et al 2002, h.149.
            Penatalaksanaan OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan stadiumnya :
            a.         Stadium oklusi tuba
1)        Berikan antibiotik selama 7 hari :
§  Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
§  Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau
§  Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
            2)      Obat tetes hidung nasal dekongestan
            3)      Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
            4)      Antipiretik
            b.         Stadium hiperemis
            1)      Berikan antibiotik selama 10 – 14 hari :
§  Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x sehari atau
§  Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x sehari atau
§  Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x sehari
            2)      Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
            3)      Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
            4)      Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
            c.         Stadium supurasi
1)        Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan.
2)        Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral selama 3 hari. Apabila ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian antibiotik peroral selama 14 hari.
3)        Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT untuk dilakukan miringotomi.
2.    Penatalaksanaan keperawatan menurut Muscari 2005, h.221 ialah :
a.     Kaji anak terhadap demam dan tingkat nyeri, dan kaji adanya komplikasi yang mungkin terjadi.
b.     Turunkan demam dengan memberikan antipiretik sesuai indikasi dan lepas pakainan anak yang berlebihan.
c.         Redakan nyeri dengan memberikan analgesik sesuai indikasi, tawarkan makanan lunak pada anak untuk membantu mengurangi mengunyah makanan, dan berikan kompres panas atau kompres hangat lokal pada telinga yang sakit.
d.        Fasilitas drainase dengan membaringkan anak pada posisi telinga yang sakit tergantung.
e.         Cegah kerusakan kulit dengan menjaga telinga eksternal kering dan bersih.
f.          Berikan penyuluhan pada pasien dan keluarga :
1)        Jelaskan dosis, teknik pemberian, dan kemungkinan efek samping obat.
2)        Tekankan pentingnya menyelesaikan seluruh bagian pengobatan antibiotik
3)        Identifikasi tanda-tanda kehilangan pendengaran dan menekankan pentingnya uji audiologik, jika diperlukan.
4)        Diskusikan tindakan-tindakan pencegahan, seperti memberi anak posisi tegak pada waktu makan, menghembus udara hidung dengan perlahan, permainan meniup.
5)        Tekankan perlunya untuk perawatan tindak lanjut setelah menyelesaikan terapi antibiotik untuk memeriksa adanya infeksi persisten.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.              PENGKAJIAN
a.      Biodata
OMA dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, dan seringkali terjadi pada usia anak.
b.       Keluhan
Klien dengan Otitis Media Akut datang dengan keluhan nyeri pada telinga bagian tengah.
c.       Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya alasan klien Otitis Media Akut datang memeriksakan diri ke rumah sakit yaitu adanya nyeri pada telinga tengah disertai terganggunya fungsi pendengaran.
d.      Riwayat Penyakit Dahulu
            Kaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya.
e.       Pemeriksaan Fisik
            ·      Otoskopi
-       Perhatikan adanya lesi pada telinga luar
-       Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan ruptur pada membran tympani
-       Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani
          ·      Tes bisik
Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan tes bisik, pada klien dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi telinga yang sakit.
·         `     Tes garputala
-            Tes Rinne
Pada uji rinne didapatkan hasil negatif
-            Tes Weber
Pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit

B.           DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga tengah
            2.    Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
3.    Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
4.    Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat

C.            INTERVENSI
1.        Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses peradangan pada telinga tengah
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
·      Nyeri yang dirasakan kien berkurang dengan skala 2-0 dari rentang skala 0-10
            Intervensi Keperawatan :
a.     Ajarkan teknik relaksasi pada klien dengan mengajarkan teknik relaksasi (misalnya bernafas perlahan, teratur, atau nafas dalam)
b.     Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik
c.     Kaji kembali nyeri yang dirasa oleh klien setelah 30 menit pemberian analgetik
d.    Beri informasi kepada klien dan keluarga tentang penyebab yeri yang dirasa
           Rasional :
a.     Teknik relaksasi yang benar dan efektif dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasa
b.    Analgetik dapat menekan pusat saraf rasa nyeri, sehingga nyeri dapat berkurang
c.     Untuk mengetahui keefektifan pemberian analgetik
d.    Informasi yang cukup dapat mengurangi kecemasan yang dirasa oleh klien dan keluarga
2.    Gangguan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran.
Tujuan :  Klien dapat kembali mendengar dan melakukan komunikasi
            Kriteria hasil :
·           Klien dapat melakukan komunikasi dengan baik
·           Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal : komunikasi tulisan, bahasa lambang, berbicara dengan jelas pada telinga yang baik.
            Intervensi Keperawatan :
a.     Dapatkan apa metode komunikasi yang dinginkan dan catat pada rencana perawatan metode yang digunakan oleh staf dan klien, seperti : tulisan, berbicara, ataupun bahasa isyarat.
b.    Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara verbal.
-   Jika ia dapat mendegar pada satu telinga, berbicara dengan perlahan dan dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).
        ·      Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.
        ·      Dekati klien dari sisi telinga yang baik.
-       Jika klien dapat membaca ucapan :
·      Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas.
·      Hindari berdiri di depan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibi anda.
-       Perkecil distraksi yang dapat menghambat konsentrasi klien.
·           Minimalkan percakapan jika klien kelelahan atau gunakan komunikasi tertulis.
·      Tegaskan komunikasi penting dengan menuliskannya.
-   Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah. Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penerjemah. Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dnegan mengabaikan keberadaan penerjemah.
            c.     Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pendengaran dan pemahaman.
·   Bicara dengan jelas, menghadap individu.
·      Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.
·      Gunakan rabaan dan isyarat untuk meningkatkan komunikasi.
·      Validasi pemahaman individu dengan mengajukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari ya dan tidak.
Rasional :
a.     Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakan dapat disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan klien.
b.    Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat diterima dengan baik oleh klien.
c.     Memungkinkan komunikasi dua arah anatara perawat dengan klien dapat berjalan dnegan baik dan klien dapat menerima pesan perawat secara tepat.
3.    Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengah atau kerusakan di syaraf pendengaran.
            Tujuan :   Persepsi / sensoris baik.
            Kriteria hasil :
·     Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional.
Intervensi Keperawatan :
a.     Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.
b.    Instruksikan klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman dalam perawatan telinga (seperti: saat membersihkan dengan menggunakan cutton bud secara hati-hati, sementara waktu hindari berenang ataupun kejadian ISPA) sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.
c.     Observasi tanda-tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.
d.    Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).
           Rasional :      
a.     Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.
b.     Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
c.     Diagnosa dini terhadap keadaan  telinga atau terhadap masalah-masalah  pendengaran rusak secara permanen.
d.    Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa resisten sehingga infeksi akan berlanjut.
           4.    Cemas berhubuangan dengan nyeri yang semakin memberat
           Tujuan :  Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
           Kriteria hasil :
·           Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
·           Respon klien tampak tersenyum.
Intervensi  Keperawatan :
a.     Berikan informasi kepada klien seputar kondisinya dan gangguan yang dialami.
b.     Diskusikan dengan klien mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.
c.     Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.
d.    Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien.
            Rasional :
a.     Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.
b.     Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengurangi kecemasan,  justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.
c.     Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
d.    Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.

BAB III
PENUTUP 

A.     KESIMPULAN
Menurut Smeltzer, 2001, Otitis Media Akut (OMA) merupakan suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah. Penyebab utama dari OMA adalah tersumbatnya saluran/tuba eustachius yang bisa disebabkan oleh proses peradangan akibat infeksi bakteri yang masuk ke dalam tuba eustachius tersebut, kejadian ISPA yang berulang pada anak juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya OMA pada anak.
Stadium OMA dapat terbagi menjadi lima stadium, antara lain: Stadium Hiperemi, Oklusi, Supurasi, Koalesen, dan Stadium Resolusi. Dimana manifestasi dari OMA juga tergantung pada letak stadium yang dialami oleh klien. Terapi dari OMA juga berdasar pada stadium yang dialami klien. Dari perjalanan penyakitOMA, dapat muncul beberapa masalah keperawatan yang dialami oleh klien, antara lain: gangguan rasa nyaman (nyeri), perubahan sensori persepsi pendengaran, gangguan komunikasi, dan kecemasan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar