Rabu, 03 Desember 2014

Teknik Nafas Dalam yang Benar



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Oksigen memegang peran penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh, mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang sangat utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan banyak kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Masalah kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Pemenuh kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut hierarki Maslow.
Perawat mempunyai perang yang penting dalam pemenuhan kebutuhan oksigen dan cara mengatasi masalah atau gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tersut, Oleh karena itu, perawat harus memahami konsep kebutuhan oksigen. Dalam makalah ini kami menyajikan materi mengenai beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan oksigen bagi manusia.

B.     Tujuan
1.        Mengetahui pengertian relaksasi teknik nafas dalam
2.        Mengetahui jenis-jenis nafas dalam
3.        Mengetahui tujuan nafas dalam terutama pada pasien gangguan jiwa
4.        Mengetahui manfaat teknik relaksasi nafas dalam
5.        Mengetahui persiapan melakukan relaksasi nafas dalam
6.        Mengetahui Teknik nafas dalam



BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A.     Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002)
Relaksasi merupakan metode yang efektif terutama pada pasien yang mengalami nyeri kronis. Latihan pernafasan dan teknik relaksasi menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi jantung, dan ketegangan otot, yang menghentikan siklus nyeri-ansietas-ketegangan otot (McCaffery, 1998)
Relaksasi merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulus nyeri. (Ns.Eni Kusyati,S,Kep,Dkk hal 198, 2006)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa relaksasi merupakan metode efektif untuk menurunkan nyeri yang merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan dengan mekanismenya yang menghentikan siklus nyeri.

B.     Jenis-jenis nafas dalam
Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas terdiri atas :
            a.      Pernafasan Diafragma
·        Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi oksigen di rumah.
·        Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidur miring ke kiri atau ke kanan, mendatar atau setengah duduk.
·        Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah, tangan yang lain di atas dada. Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan tulang rusuk bagian bawah membuka. Penderita perlu disadarkan bahwa diafragma memang turun pada waktu inspirasi. Saat gerakan (ekskursi) dada minimal. Dinding dada dan otot bantu napas relaksasi.
·        Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan melalui mulut (pursed lips breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan memaksimalkan protrusi (pengembangan) perut. Otot perut bagian depan dibuat berkontraksi selama inspirasi untuk memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan ekspansi sangkar toraks bagian bawah.
·        Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi otot perut untuk menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban seberat 0,5­1 kg dapat diletakkan di atas dinding perut untuk membantu aktivitas ini.
            b.      Pursed lips breathing
·        Menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik melalui hidung (bukan menarik napas dalam) dengan mulut tertutup
·        Kemudian mengeluarkan napas (ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi seperti bersiul
·        PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen selama ekspirasi
·        Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir melalui hidung
·        Dengan pursed lips breathing (PLB) akan terjadi peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspiras
C.     Tujuan nafas dalam pada pasien gangguan jiwa
1.      Mengurangi stress
2.      Menurunkan rasa nyeri
3.      Menurunkan kecemasan
D.     Manfaat teknik relaksasi nafas dalam
a.    Ketentraman hati
b.    Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah
c.    Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah
d.    Detak jantung lebih rendah
e.    Mengurangi tekanan darah
f.      Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit
g.    Tidur lelap
h.    Kesehatan mental menjadi lebih baik
i.      Daya ingat lebih baik
j.      Meningkatkan daya berpikir logis
k.    Meningkatkan kreativitas
l.      Meningkatkan keyakinan
m.  Meningkatkan daya kemauan
n.    Intuisi
o.    Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain

E.      Persiapan melakukan relaksasi nafas dalam
1.      Pastikan anda dalam keadaan tenang dan santai (rileks).
2.      Pilih waktu dan tempat yang sesuai. (duduk di kursi jika anda di kerjaan atau di rumah).
3.      Anda boleh melakukan teknik relaksasi ini sambil membaca doa, berzikir atau sholawat.

F.      Teknik nafas dalam
   a.    Cuci tangan.
   b.        Jelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada pasien. 
   c.    Atur posisi nyaman bagi pasien dengan posisi setengah duduk ditempat tidur atau telentang.
   d.        Flexikan lutut klien untuk merileksasikan otot abdominal.
   e.         Letakkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah tulang iga. 
   f.          Anjurkan pasien untuk mulai latihan dengan cara menarik nafas dalam melalui hidung dengan bibir tertutup.
    g.      Kemudian anjurkan klien untuk menahan napas sekitar 1-2 detik dan disusul dengan menghembuskan  napas melalui bibir dengan bentuk mulut seperti orang meniup ( purse lips breathing).
     h.         Lakukan 4-5 kali latihan, lakukan minimal 3 kali sehari.
    i.           Catat respon yang terjadi setiap kali melakukan latihan nafas dalam.
    j.          Cuci tangan.


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
§   Nafas dalam yaitu bentuk latihan nafas yang terdiri atas pernafasan abdominal(diafragma) dan purs lips breathing.
§   Tujuan
Pernafasan abdominal memungkinkan nafas dalam secara penuh dengan sedikit usaha. Pursed lips breathing membantu klien mengontrol pernafasan yang berlebihan.
§   Prosedur :
a.     Atur posisi yang nyaman
b.    Flexikan lutut klien untuk merileksasikan otot abdominal
c.     Letakkan 1 atau 2 tangan pd abdomen,tepat dibawah tulang iga
d.    Tarik nafas dalam melalui hidung,jaga mulut tetap tertutup,hitung sampai 3 selama inspirasi
e.     Hembusan udara lewat bibir seperti seperti meniup (purse lips breathtig) secara perlahan


DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M., Matassarin, E. Medical Surgical Nursing. 1997. Clinical Management for
Continuity of Care. J.B. Lippincott Co.
Luckman & Sorensen. Medical Surgical Nursing. 1990. WB Saunders Company.

Selasa, 02 Desember 2014

Quality vs Quantity of Life



BAB I
PENDAHULUAN

1.A   Latar Belakang
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang.
Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan. Profesi keperawatan adalah profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau model keperawatan
            1.B   Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kualitas hidup?
2.      Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas hidup?
3.      Bagaimana cara meningkatkan kualitas hidup?
4.      Apa yang dimaksud dengan kuantitas hidup?
5.      Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi kuantitas hidup?
6.      Bagaimana cara meningkatkan kuantitas hidup?
7.      Bagaimana contoh kasus dari kualitas vs kuantitas hidup?
            1.C   Tujuan Penulisan
1.     Untuk mengetahui pengertian kualitas hidup
2.     Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
3.     Untuk mengetahui cara meningkatkan kualitas hidup
4.     Untuk mengetahui pengertian kuantitas hidup
5.     Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas hidup
6.     Untuk mengetahui cara meningkatkan kuantitas hidup
7.     Untuk mengetahui contoh kasus dari kualitas vs kuantitas hidup


BAB II
PEMBAHASAN

            2.A   Pengertian Kualitas hidup (Quality of Life)
Tingkat kemampuan yang berupa perawatan, ketrampilan, pengetahuan yang dimiliki oleh perawat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien yang tujuannya untuk memenuhi kesejahteraan hidup klien.
2.B   Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
1.   Faktor pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Dimana pengetahuan manusia umumnya diperoleh diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003).
Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket terhadap responden tentang isi materi yang diukur. Dalam pengetahuan yang ingin diukur disesuaikan dengan tingkatan pengetahuan dalam kognitif (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan tenaga perawat kepada kegiatan penjaminan mutu pelayanan keperawatan merupakan kegiatan penilai, memantau atau mengatur pelayanan yang berorientasi pada klien (Nurachmah, 2001).
2.   Faktor beban kerja
Bekerja adalah suatu bentuk aktifitas yang bertujuan untuk mendapatkan kepuasan. Dan aktifitas ini melibatkan baik fisik maupun mental (As’ad, 2001). Beban kerja merupakan suatu kondisi atau keadaan yang memberatkan pada pencapaian aktifitas untuk melakukan suatu aktifitas. Beban kerja perawat yang tinggi serta beragam dengan tuntutan institusi kerja dalam pencapaian kualitas bermutu, jumlah tenaga yang tidak memadai berpengaruh besar pada pencapaian mutu pelayanan yang diharapkan (Kusdijanto, 2000). Untuk itu perlu adanya pengorganisasian kerja perawat yang tepat dan jelas (Swansburg, 2000).
3.   Faktor komunikasi
Komunikasi adalah sesuatu untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima (Nursalam 2000). Komunikasi dalam praktik keperawatan professional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan pelayanan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan komunikasi terapeutik antara lain :
a.       Pendidikan
Merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat digunakan untuk mendapatkan informasi untuk meningkatkan kualitas hidup (Notoadmojo, 2003). Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi dan makin baik pengetahuan yang dimiliki sehingga menggunakan komunikasi terapeutik secara efektif akan dapat dilakukannya.
b.      Lama bekerja
Merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja ditempat kerja. Makin lama seseorang bekera makin banyak pengalaman yang dimilikinya sehingga akan makin baik cara berkomunikasinya (Alimul, 2003)
c.       Pengetahuan
Merupakan proses belajar dengan meggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Notoadmojo, 2003). Menurut Bloom dan Kartwalk (1998) membagi pengetahuan dalam enam tingkatan diantaranya tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
d.      Sikap
Sikap dalam komunikasi akan mempengaruhi proses komunikasi berjalan efektif atau tidak. Sikap kurang baik akan menyebabkan pendengar kurang percaya terhadap komunikator. Sikap yang diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya, empati, menghargai, rendah diri dan menjadi pendengar yang baik. Kesemuanya dapat mendukung komunikasi yang terapeutik.
e.       Kondisi psikologi
Pada komunikator akan mudah mempengaruhi dari isi pembicaraan melalui komunikasi terapeutik. Namun perlu memperhatikan kondisi psikologis yang baik untuk menjadikan komunikasi sebagai terapeutik. Kondisi psikologis seorang pendengar dapat dipengaruhi oleh rangsangan emosi yang disebabkan oleh pembicaraan itu sendiri. Indikator dalam melaksanakan komunikasi terapeutik (Nursalam, 2003) mendorong pasien untuk mengungkapkan pandangan dan perasaannya, menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dalam setiap komunikasi serta memanggil pasien sesuai dengan identitasnya.

           2.C   Cara Meningkatkan Kualitas Hidup
                    Khususnya pada perawat antara lain :
            a.      Nonstop = Tak pernah berhenti memberikan pelayanan prima.
            b.      Unsatisfied = Tak pernah puas dengan hasil yang dicapai.
            c.       Responsive            = Tanggap dalam menindaklanjuti permintaan/keluhan pelanggan.
            d.      Skilled = Meningkatkan kemampuan internal dan koordinasi yang harmoni.
              dengan unit kerja lain guna memenuhi kepuasan pelanggan.
            e.       Empaty = Memahami kondisi pelanggan sesuai harapan pelanggan. 

2.D   Pengertian Kuantitas Hidup (Quantity of Life)
                     Kuantitas kerja berarti perawat harus berupaya dengan sekuat tenaga untuk mencapai hasil pelayanan  yang sesuai dengan asuhan keperawatan. Artinya, perawat harus selalu menyiapkan kondisi tubuh yang kuat dan sehat; kondisi perasaan dan emosi yang penuh semangat; kondisi pikiran yang jernih, tenang, kreatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerja perawat dalam melakukan pelayanan kesehatan dalam penggunaan waktu tertentu dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
                     Dengan demikian kuantitas kerja dapat dilihat dari jumlah kerja dan penggunaan waktu. Jumlah kerja adalah banyaknya tugas pekerjaanya, dapat dikerjakan. Penggunaan waktu adalah banyaknya waktu yang digunakan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan.
2.E   Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kuantitas Hidup
a.       Kondisi Fisik
b.      Waktu
c.       Kondisi perasaan
d.      Kondisi pikiran
e.       Jumlah kerja
f.       Ketrampilan
2.F    Cara Meningkatkan Kuantitas Hidup
a.       Meningkatkan ketrampilan dengan selalu berlatih.
b.      Meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan khusus keperawatan.
c.       Melatih EQ ( sabar, ramah ) untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.
d.      Meningkatkan kerjasama antar teman sejawat
e.       Selalu bersikap terbuka dan mau menerima pendapat orang lain
f.       Meningkatkan hubungan saling percaya antara perawat dengan klien, perawat dan tenaga medis lainnya.
g.      Mendukung terbentuknya rencana tindakan.
2.G   Contoh Kasus
            ü  Contoh 1
Seorang nenek tua yang menderita berbagai penyakit kronis telah menolak makan dan minum di rumahnya dan tidak mau minum obat yang dianjurkan perawat puskesmas dengan alasan supaya cepat meninggal daripada tersiksa. Anak perempuan pun mendukung agar sang nenek tidak dirawat di puskesmas. Beberapa hari kemudian nenek tersebut meninggal.
Notes : Kuantitas hidup buruk karena nenek tidak diberi pelayanan kesehatan karena pihak keluarga tidak menyetujuinya. Kualitas hidup juga buruk karena kesehatan nenek berujung pada kematian.

              ü  Contoh 2
Seorang suami yang kecelakaan dan mengalami luka parah serta koma , namun dia tidak diberikan pelayanan kesehatan di puskesmas. Tapi karena sang istri selalu mendoakannya kepada Tuhan tulus. Akhirnya sang suami bisa sadar dari komanya,dan bisa sembuh seperti semula.
Notes : Kuantitas hidup buruk karena si suami tidak dberi pelayanan kesehatan dengan baik. Namun kualitas hidup baik karena sang suami masih bisa sembuh berkat doa sang istri yang tulus.

BAB III
PENUTUP

3.A   Kesimpulan
Di dalam dasar etika keperawatan memiliki 5 masalah yang salah satunya adalah kualitas dan kuantitas hidup. Kualitas merupakan tingkat kemampuan yang berupa perawatan, ketrampilan, pengetahuan yang dimiliki oleh perawat untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien yang tujuannya untuk memenuhi kesejahteraan hidup klien, sedangkan kuantitas merupakan upaya dengan sekuat tenaga untuk mencapai hasil pelayanan yang sesuai dengan asuhan keperawatan.
3.B   Saran
Seorang perawat harus paham betul tentang dasar etika keperawatan, dan harus berupaya untuk menerapkannya dalam memberikan pelayanan kesehatan agar klien/pasien merasa puas mendapat pelayanan kesehatan yang baik