NAMA : ELSA HERLINDA
NIM : 1302XXX
PRODI : D3 KEPERAWATAN 2B
NIM : 1302XXX
PRODI : D3 KEPERAWATAN 2B
PERCOBAAN 1
REAKSI MOLISCH
A. Tujuan
Mengetahui
kandungan karbohidrat dalam larutan glukosa, fruktosa, pentosa/arabinosa dengan
menggunakan reagen molisch.
B. Dasar teori
Karbohidrat
merupakan senyawa-senyawa aldehida atau keton yang mempunyai gugus hidroksil. Senyawa-seyawa
ini menyusun sebagian besar bahan organic di dunia karena peran multipelnya
pada semua bentuk kehidupan. Karbohidrat bertindak sebagai sumber energi, bahan
bakar, dan zat antara metabolisme. Contoh : pati pada tumbuhan dan glikogen
pada hewan adalah polisakarida yang dapat dimobilisasi untuk menghasilkan
glukosa (bahan bakar utama untuk pembentukan energi). Gula ribosa dan deoksi
ribosa pembentuk sebagian kerangka struktur RNA dan DNA. Fleksibilitas cincin
kedua gula ini penting pada penyimpanan dan ekspresi informasi genetika.
Adapun
berbagai macam karbohidrat yang terdapat dalam makanan diantaranya adalah
amilum atau pati dan sukrosa (gula tebu). Karbohidrat (glukosa) dibentuk dari
karbondioksida dan air dengan bantuan cahaya matahari dan klorofil dalam daun.
Selanjutnya glukosa yang dihasilkan diubah menjadi amilum dan disimpan pada
buah atau umbi.
Reaksinya
adalah : 6CO2 + H2O C6H12O6 + 602
Karbohidrat
atau sakarida terdapat gugus hidroksil (-OH), gugus aldehid atau gugus keton.
Maka dapat didefinisikan bahwa karbohidrat sebagai senyawa polihidroksialdehida
atau polihidroksiketon, atau senyawa yang dihidrolisis dari keduanya.
Karbohidrat dapat digolongkan berdasarkan jumlah monomer penyusunnya. Ada 3
jenis karbohidrat berdasarkan penggolongan ini, yaitu :
1.
Monosakarida
2.
Disakarida
3.
Polisakarida
Karbohidrat
adalah komposisi yang terdiri dari elemen karbon, hydrogen dan oksigen, terdapat
dalam tumbuhan seperti beras, jagung, gandum, umbi-umbian, dan terbentuk
melalui proses asimilasi dalam tumbuhan (Pekik, 2007).
C. Alat dan
Bahan
ü Alat :
a.
Tabung reaksi
b.
Gelas ukur
c.
Pinset
ü Bahan :
a.
Glukosa
b.
Fruktosa
c.
Pentosa/arabinosa
d.
Molisch
e.
H2SO4
f.
α-naftol
D. Cara Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan.
2.
Memasukkan 2cc larutan glukosa ke dalam tabung reaksi.
3.
Menambahkan dan mencampurkan 2 tetes 10% α-naftol yang
baru
4.
Mengalirkan ke dalam tabung reaksi 2cc H2SO4 pekat
perlahan-lahan melalui dinding tabung hingga membentuk lapisan di bawah
campuran.
5.
Mengulangi langkah tersebut untuk fruktosa dan pentosa/arabinosa.
E. Hasil dan
Pembahasan
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa semua karbohidrat menghasilkan cincin berwarna
ungu. Warna yang terjadi disebabkan oleh kondensasi furfural atau derifatnya
dengan a-Naftol menghasilkan senyawa yaitu dalam larutan asam yang encer,
walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil. Tetapi apabila dipanaskan
dengan asam kuat yang pekat dalam hal ini uji karbohidrat diatas, monosakarida
menghasilkan furfural atau derifatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah
reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa.
Berdasarkan hasil uji karbohidrat tersebut diperoleh hasil bahwa glukosa
mengandung sedikit karbohidrat, amilum sedikit lebih banyak daripada glukosa
dan fruktosa mengandung paling banyak karbohidrat dan memiliki rasa paling
manis. Hal tersebut dapat dilihat dari perubahan warna pada cairan
campuran glukosa, reagen molisch dan H2SO4 menjadi
ungu muda, cairan amilum, reagen molisch dan H2SO4 yang
menghasilkan gumpalan ungu yang pekat serta cairan fruktosa, reagen molisch dan
H2SO4 yang menghasilkan cincin berwarna ungu.
F. KESIMPULAN
Dalam uji
karbohidrat dengan reagen molisch dapat disimpulkan bahwa larutan glukosa,
amilum, dan fruktosa mengandung karbohidrat. Kadarnya di masing-masing larutan
berbeda. Cincin berwarna ungu terdapat pada bidang batas larutan amilum dan
fruktosa. Sedangkan pada larutan glukosa tidak terdapat cincin berwarna ungu
tetapi larutannya berubah menjadi ungu.
PERCOBAAN 2
REAKSI BENEDICT
A.
Tujuan
Untuk mengetahui Uji benedict pada
karbohidrat.
B.
Dasar Teori
Uji
Benedict adalah uji untuk membuktikan adanya gula pereduksi. Gula pereduksi
adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai menjadi sedikitnya
dua buah monosakarida. Karateristiknya tidak bisa larut atau bereaksi secara
langsung dengan Benedict, contohnya semua golongan monosakarida, sedangkan gula
non pereduksi struktur gulanya berbentuk siklik yang berarti bahwa hemiasetal
dan hemiketalnya tidak berada dalam kesetimbangannya, contohnya fruktosa dan
sukrosa.
Dengan
prinsip berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang
mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.
Untuk menghindari pengendapan cuco3 pada larutan natrium karbonat (reagen
Benedict), maka ditambahkan asam sitrat. Larutan tembaga alkalis dapat
direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau monoketon bebas,
sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid atau keton bebas tidak dapat
mereduksi larutan Benedict (Zulfikar, A. 2010).
C. Alat
dan Bahan
ü Alat :
a.
Tabung reaksi
b.
Gelas ukur
c.
Pinset
d.
Penangas air
ü Bahan :
a.
Reagen Benedict
b.
Glukosa
c.
Fruktosa
d.
Arabinosa
D. Cara Kerja
1.
Memasukkan 5cc reagen benedict dan 8 tetes (0,5 cc)
larutan glukosa ke dalam tabung reaksi.
2.
Memanaskan tabung selama 1 menit.
3.
Mengulangi prosedur tersebut dengan glukosa diganti
fruktosa dan arabinosa.
E. Hasil dan
Pembahasan
Berdasarkan
atas hasil pengamatan, diketahui hanya pada glukosa yang setelah di uji
benedict melihatkan adanya perubahan warna yaitu merah bata dan coklat.
Sehingga
dapat diketahui bahwa larutan glukosa merupakan gula pereduksi. Hal ini di
karenakan glukosa mampu mereduksi senyawa pengoksidasi, di mana ujung
pereduksinya adalah ujung yang mengandung aldehida.
F. Kesimpulan
Benedict
Reagen digunakan untuk menguji atau memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam
suatu cairan. Monosakarida yang bersifat redutor, dengan diteteskannya Reagen
akan menimbulkan endapan merah bata. Selain menguji adanya gula pereduksi, juga
berlaku secara kuantitatif, karena semakin banyak gula dalam larutan maka
semakin gelap warna endapan.
PERCOBAAN 3
PENGARUH ALKALI
A.
Tujuan
Melakukan
pengujian pengaruh alkali pada karbohidrat dan
mengamati perubahan dari pengaruh alkali.
B.
Dasar Teori
Sifat-sifat umum karbohidrat menurut
Soeharsono (1978), adalah daya
mereduksi bilamana monosakarida seperti glukosa dan fruktosa ditambahkan ke
dalam larutan luff maupun benedict maka akan timbul endapan warna merah bata.
Sedangkan sakarosa tidak dapat menyebabkan perubahan warna. Perbedaan ini
disebabkan pada monosakarida terdapat gugus karbonil yang reduktif, sedangkan
pada sakarosa tidak. Gugus reduktif pada sakarosa terdapat pada atom C nomor 1
pada glukosa sedangkan pada fruktosa pada atom C nomor 2. Jika atom-atom
tersebut saling mengikat maka daya reduksinya akan hilang, seperti apa yang
terjadi pada sakarosa. Larutan yang dipergunakan untuk menguji daya mereduksi
suatu disakarida adalah larutan benedict. Unsur atau ion yang penting yang
terdapat pada larutan tersebut adalah Cu2+ yang berwarna biru. Gula
reduksi akan mengubah atau mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ (Cu2O)
yang mengendap dan berwarna merah bata. Zat pereduksi itu sendiri akan berubah
menjadi asam.
Dalam larutan alkali, aldosa dan
ketosa akan menjadi bentuk enol yang reaktif. Bentuk enol dari glukosa,
fruktosa dan mannosa adalah sama. Bila dalam larutan alkali dimasukkan salah
satu macam gula maka akan diperoleh campuran glukosa, fruktosa, dan mannosa.
C.
Alat dan Bahan
ü Alat :
a.
Tabung reaksi
b.
Penangas air
c.
Pinset
d.
Gelas ukur
ü Bahan :
a.
Glukosa
b.
Na-karbonat
c.
Reagen benedict
D.
Cara Kerja
1.
Mengisi tabung reaksi dengan 2cc larutan glukosa dan
sedikit Na-Karbonat yang tidak mengandung air.
2.
Mengocok dan membagi ke dalam 2 tabung reaksi.
3.
Memanaskan tabung pertama di penangas air selama 1
menit, kemudian mendinginkan di bawah aliran air kran.
4.
Pada tabung pertama dan kedua menambahkan 1cc reagen
benedict dan membiarkan tanpa pemanasan.
5.
Mengamati perubahan yang terjadi.
E.
Hasil dan Pembahasan
Pada
praktikum ini telah didapatkan hasil yaitu pada tabung pertama yang dipanaskan
dengan penangas air selama 1 menit kemudian didinginkan di bawah aliran kran lalu
ditambahkan 1cc reagen benedict terjadi perubahan warna menjadi biru kehijauan.
Sedangkan pada tabung kedua yang tidak (tanpa) dipanaskan lalu ditambahkan 1cc
reagen benedict perubahan warna yang terjadi adalah warna biru.
Menurut
literatur, Pada uji benedict, teori yang mendasarinya adalah gula yang
mengandung gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+dalam
suasana alkalis, menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O(kupro
oksida) berwarna merah bata. Uji ini dilakukan untuk membuktikan adanya gula
pereduksi. Larutan uji dicampurkan dengan pereaksi Benedict kemudian
dipanaskan. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan
berwarna biru kehijauan, merah, atau kuning tergantung kadar gula
pereduksi yang ada.
F.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa percobaan uji benedict dilakukan untuk membuktikan adanya
gula pereduksi. Larutan uji dicampurkan dengan pereaksi Benedict kemudian
dipanaskan. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya endapan berwarna biru
kehijauan, merah, atau kuning tergantung kadar gula pereduksi yang ada.
banyak sedikitnya endapan merah bata yang terbentuk dipengaruhi oleh
konsentrasi glukosa, semakin besar konsentrasinya, maka endapan yang terbentuk
samakin benyak. Semakin besar konsentrasi glukosa yang digunakan semakin cepat
perubahannya.
PERCOBAAN 4
REAKSI SELIWANOFF
A.
Tujuan
Membuktikan
adanya ketosa pada larutan fruktosa, glukosa dan arabinosa dengan reagen
seliwanoff.
B.
Dasar Teori
Reaksi
spesifik lainnya untuk karbohidrat tertentu adalah uji seliwanoff. Reaksi
seliwanoff disebabkan perbuhan fruktosa oleh asam klorida panas menjadi asam
levulinat dan hidroksimetilfurfural, selanjutnya kondensasi hidroksimetl
furfural. Sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa dan
fruktosa, memberi uji positif dengan uji seliwanoff. Pada pendidihan lebih
lanjut, aldosa-aldosa memberikan warna merah dengan reagen-reagen seliwanoff,
karena aldosa-aldosa tersebut diubah oleh HCl menjadi ketosa.
C.
Alat dan Bahan
ü Alat :
a.
Tabung reaksi
b.
Penangas air
c.
Pinset(penjepit air)
ü Bahan :
a.
Reagen seliwanoff
b.
Fruktosa
c.
Glukosa
d.
arabinosa
D.
Cara Kerja
1. Memasukkan
5cc reagen seliwanoff (0,5 resorsinol dalam 5N HCl) dan 1cc larutan fruktosa.
2. Memanaskan
dalam penangas air atau pemanasan langsung dan dididihkan selama 30 detik.
3. Mengulangi
langkah tersebut dengan larutan glukosa dan arabinosa.
E.
Hasil dan Pembahasan
Pada praktikum ini didapatkan hasil bahwa reagen
seliwanoff ditambah dengan larutan fruktosa dan dipanaskan ke dalam penangas
air lalu dididihkan selama 30 detik terjadi perubahan warna menjadi merah
orange (kuning). Sedangkan pada larutan glukosa dan arabinosa tidak terjadi
perubahan warna.
Pada uji ini diperoleh data bahwa hanya fruktosa yang
menghasilkan warna larutan yang spesifik yakni warna merah orange yang
mengidentifikasikan adanya kandungan ketosa dalam karbohidrat jenis
monosakarida itu. HCl yang terkandung dalam pereaksi Seliwanoff ini
mendehidrasi fruktosa menghasilkan hidroksifurfural sehingga furfural mengalami
kondensasi setelah penambahan resorsinol membentuk larutan yang berwarna merah
orange. Sukrosa apabila dipanaskan terlalu lama dapat menunjukkan hasil yang
positif terhadap pereaksi Seliwanoff. Hal ini terjadi karena adanya pemanasan
berlebih menyebabkan sukrosa terhidrolisis menghasilkan fruktosa dan glukosa
sehingga fruktosa inilah yang nantinya akan bereaksi dengan pereaksi Seliwanoff
menghasilkan larutan berwarna merah orange.
F.
Kesimpulan
Pada
Uji Seliwanoff, ketosa terdapat pada larutan fruktosa.
PERCOBAAN 5
HIDROLISIS AMILUM
A. Tujuan
Mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum.
B. Dasar Teori
Karbohidarat
memegang penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia.
Semua karbohidrat berasal dari tumbuhan melalui fotosintesis, klorofil tanaman
dengan bantuan matahari mampu mebentuk karbohidrat dari karbondioksisda (CO2)
berasal dari air (H2O), dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan
adalah karbohidrat sederhana (glukosa) disamping itu dihasilkan oksigen (O2)
yang dilepaskan ke udara. (Sunita Almatsier:2009)
Dalam sel-sel tubuh, karbohidrat
mengalami berbagai proses kimia. Proses inilah yang mempunyai peranan penting
dalam tubuh kita. Reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam sel ini tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Sebagai contoh apabila banyak glukosa yang teroksidasi untuk
memproduksi energi, maka glikogen dalam hati akan mengalami proses hidrolisis
untuk membentuk glukosa. Sebaiknya apabila suatu reaksi tertentu menghasilkan
produk yang berlebihan, maka ada reaksi lain yang dapat menghambat produksi
tersebut. Dalam hubungan antar reaksi-reaksi ini enzim-enzim mempunyai peranan
sebagai pengatur atau pengendali. Proses kimia yang terjadi dalam sel ini
disebut metabolisme. Jadi metabolisme karbohidrat mencakup reaksi-reaksi
monosakarida, terutama glukosa.
C. Alat dan
Bahan
ü Alat :
a.
Tabung reaksi
b.
Penangas air
c.
Papan porselin
d.
Pinset
ü Bahan :
a.
Amilum
b.
HCl 3 N
c.
Iod 0,01 N
d.
Na-karbonat
e.
Benedict
D. Cara Kerja
1. Mencampurkan
10cc larutan amilum dengan larutan HCl 3N dalam tabung reaksi.
2. Memasukkan
ke dalam penangas air yang mendidih.
3. Setiap 3
menit mengambil setetes larutan tersebut dan menambahkan 1 tetes larutan Iod
0,01 N pada papan porselin sampai akhirnya warna hilang.
4. Menetralkan
sebagian larutan dengan Na-karbonat, kemudian mengerjakan untuk reaksi
benedict.
5. Mengamati
perubahan warna.
E. Hasil dan
pembahasan
Menit ke
|
Uji iodium
|
Uji benedict
|
3
|
Biru pekat
|
-
|
6
|
Biru tua
|
-
|
9
|
Biru
|
-
|
12
|
Ungu
|
-
|
15
|
Ungu muda
|
-
|
18
|
Kuning kecoklatan
|
-
|
21
|
Kuning
|
Endapan bewarna merah bata
|
Berdasarkan pengamatan, pada menit ke 21
amilum (pati) terhidrolisis dengan penambahan asam dan pemanasan yang apabila
diuji dengan larutan Iodium membentuk kompleks berwarna kuning. Dilanjutkan
dengan uji menggunakan pereaksi Benedict di dapat hasil terbentuk endapan
berwarna merah bata.
F.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, uji
Benedict positif menandakan pati terhidrolisis oleh HCl dalam suasana panas
menjadi glukosa.