Selasa, 17 Maret 2015

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KELAINAN REFRAKSI


BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Mata adalah alat optik yang digunakan untuk melihat yang dimiliki oleh manusia dan hewan. Mata adalah Satu-satunya alat optik yang canggih dan bukan buatan manusia. Sifat bayangan pada mata adalah nyata, terbalik, dan dapat diperkecil. Mata memiliki bagian-bagian yang sifat dan fungsinya berbeda-beda. Berikut ini adalah bagian-bagian mata.
a.         Bagian-bagian mata :
1.    Kornea
a)    Bersifat tembus pandang (bening).
b)    Selalu dibasahi air mata yang dihasilkan oleh kelenjar air mata.
c)    Berfungsi untuk melindungi lensa mata.
2.  Iris (selaput pelangi)
Iris disebut dengan selaput pelangi, hal ini disebabkan karena tiap manusia dari ras yang berbeda memiliki warna iris yang berbeda pula. Ada orang yang memiliki iris berwarna hitam, cokelat, biru, dan hijau. Iris mata sendiri memiliki fungsi untuk memberi warna mata.
3.  Pupil
a)    Pupil adalah celah lingkaran yang terdapat di tengah-tengah iris.
b)    Pupil berfungsi sebagai shutter, yakni tempat jalan masuk cahaya ke dalam rongga mata.
c)    Pupil dapat melebar dan dapat juga menyempit. Melebar dan menyempitnya pupil tergantung pada intensitas cahaya yang masuk ke mata.
d)   Pupil menyempit ketika cahaya terang dan membesar ketika cahaya redup.
4.  Lensa mata
a)  Lensa mata merupakan lensa cembung. Bedanya, kalau lensa mata bersifat lentur sehingga dapat berubah menebal atau menipis. Kemampuan menebal dan menipisnya lensa mata disebut dengan daya akomodasi.
b)  Lensa mata dapat menebal atau menipis karena adanya otot akomodasi mata.
c)  Lensa mata berfungsi untuk memfokuskan bayangan supaya jatuh di retina (bintik kuning).
5.  Retina
a)    Retina mata fungsinya sebagai tempat jatuhnya bayangan hasil proyeksi lensa mata.
b)    Retina terdiri atas bintik kuning yang peka terhadap cahaya karena mengandung jutaan sel saraf dan bintik buta yang tidak peka terhadap cahaya.
6.  Sel saraf
Sel saraf berfungsi menangkap sinyal visual dan mengirimkannya ke saraf pusat penglihatan di otak. Ada dua macam sel saraf pada mata, yaitu sel batang dan selkerucut.
B. TUJUAN
1.    Tujuan Umum :
Mengidentifikasi prinsip asuhan keperawatan pada klien dengan kelainan refraksi.
2.         Tujuan Khusus :
a.    Mengidentifikasi konsep teori klien dengan kelainan refraksi meliputi : definisi, etiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan.
b.    Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan kelainan refraksi.



BAB II

TINJAUAN TEORI

A.      PENGERTIAN
Kelainan refraksi adalah suatu kondisi ketika sinar datang sejajar pada sumbu mata dalam kedaan tidak berakomodasi yang seharusnya direfraksikan tepat pada retina (Makula lutea), Sehinnga tajam penglihatan maksimum tidak direfraksikan oleh mata tepat pada retina (Makula lutea), baik itu didepan, dibelakang maupun tidak dibiaskan pada satu titik.

B.       KLASIFIKASI
a.    Emetropi
Mempunyai Refraksi Emetropia, jika sinar-sinar yang sejajar dengan sumbu mata tersebut, oleh mata tersebut tanpa akomodasi dibias pada retina, sehingga tajam penglihatannya adalah maksimum.
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembungkan yang terjadi akibat kontraksi otot siliar yang terletak pada badan siliar.Akibat akomodasi,daya bias lensa bertambah sehingga titik-titik yang letaknya lebih dekat pada mata dibias jatuh pada retina. Pungtum Remotum adalah Titik terjauh yang tanpa akomodasi di bias jatuh pada retina. Pungtum Proksimum adalah Titik terdekat yang dengan akomodasi maksimum dibias jatuh pada retina.
§   Hipermetropia
Suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan dibelakang retina. Sumbu mata terlalu pendek ( hipermetropi Sumbu). Daya bias kornea/Lensa/Aquos humor terlalu lemah (Hipermetropia Pembiasan)
§   Miopia
Adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refraktif mata terlalu kuat untuk panjang Antero Posterior mata sehingga sinar datang sejajar sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di depan retina. Sumbu mata terlalu panjang (Miopia Sumbu). Daya bias kornea, lensa/Aquos Humor terlalu kuat (Miopia Pembiasan).
Klasifikasi myopia berdasarkan tingkat dioptrinya
1)        Myopia ringan (S -1.00 – S -3.00)
2)        Myopia sedang (S- 3.00 – S 6.00)
3)        Myopia tinggi (< S -6.0)
§   Astigmatisma
Adalah tajam penglihatan dimana didapatkan bermacam-macam derajat refraksi pada bermacam-macam meridian sehingga sinar sejajar yang datang pada mata akan difokuskan pada tempat yang berbeda.
§   Afaksia
Adalah sebagai tidak adanya lensa kristalina, terjadi setelah ekstrasi katarak atau dislokasi lensa,tanpa kemampuan menfokuskan lensa, bayangan jatuh dibelakang retina.
b.    Presbiopia
Adalah gangguan akomodasi pada usia lanjut yang dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa sehingga kurang bisa mengubah bentuk lensa untuk menfokskan mata saat melihat.
Pada pasien presbiopia ini diperlukan kaca mata baca atau addisi untuk membaca dekat yang berkekuatan tertentu, biasanya :
a)         + 1.00 untuk usia 50 tahun
b)        + 1.50 untuk usia 45 tahun
c)         + 2.00 untuk usia 50 tahun
d)        + 2.50 untuk usia 55 tahun
e)         + 3.00 untuk usia 60 tahun

C.     MANIFESTASI KLINIS
1.    Hipermetropia
a)         Kabur bila melihat dekat
b)        Mata cepat lelah, berair, sering mengantuk dan sakit kepala
c)         Pupil agak miosis
d)        Bilik mata depan lebih dangkal
2.    Miopia
a)         Kabur bila melihat jauh
b)        Mata cepat lelah, pusing, dan mengantuk
c)         Pupil agak midriasis
d)        Bilik mata depan lebih dalam
e)         Eksoftalmus
f)         Retina tipis, tampak seperti macan
3.    Presbiopia
a)         Kesulitan membaca dekat
b)        Menjauhkan objek yang dibaca
c)         Mata lelah, berair dan sering merasa pedas
4.    Astigmatisma
a)         Diplopia
b)        Gambar di kornea terlihat tidak teratur

D.      PEMERIKSAAN
1.    Hipermetropia
Refraksi subjektif, metode ‘trial and error” dengan menggunakan kartu snellen, mata diperiksa satu persatu, ditentukan virus masing masing mata, Pada dewasa dan visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif. Pada anak anak dan remaja dengan visus 6/6 dan keluhan astenopia akomodatif dikoreksi dengan sikloplegik. Refraksi objektif, retinoskop dengan lensa kerja S + 2.00 pemeriksa mengawasi reaksi fundus yang bergerak berlawanan dengan gerakan retinoskop kemudian dikoreksi dengan lensa sferis positif sampai tercapai netralisasi.
2.    Miopia
Refraksi Subjektif, metode ‘trial and error” dengan menggunakan kartu snellen,mata diperiksa satu persatu,ditentukan virus masing masing mata. Pada dewasa dan visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis negatif. Refraksi objektif, retinoskop dengan lensa kerja S + 2.00 pemeriksa mengawasi reaksi fundus yang bergerak berlawanan dengan gerakan retinoskop kemudian dikoreksi dengan lensa sferis negatif sampai tercapai netralisasi.
3.    Presbiopia
metode ‘trial and error” hingga visus 6/6. Dengan menggunakan koreksi, jauhnya kemudian secara binokuler ditambahkan lensa sferis positif dan diperiksa dengan menggunakan kartu Jaeger pada jarak 30 cm.
4.    Astigmatisma
Dengan teknik fogging yaitu klien disuruh melihat gambaran kipas dan ditanya manakah garis yang paling jelas terlihat. Garis sesuai dengan meredian, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan kartu Snellen.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN


A.    Pengkajian
1.      Data Demografi
Usia pada miopi dan hipermetropia terjadi pada semua umur, sedangkan Presbiopia mulai umur 40 tahun. Pekerjaan, perlu dikaji terutama pada pekerjaan yang memerlukan penglihatan ekstra dan pada pekerjaan yang membutuhkan kontak dengan cahaya yang terlalu lama.
2.      Keluhan yang dirasakan
Pandangan kabur atau penglihatan kabur, kesulitan memfokuskan pandangan, pusing , sering lelah dan mengantuk.
3.      Riwayat penyakit keluarga
Umumnya didapatkan riwayat penyakit diabetes melitus.
4.      Riwayat penyakit yang lalu
Pada miopia mungkin terdapat retinitis sentralis, sedangkan pada astigmatisma didapatkan riwayat keratokonus, keratoglobus dan keratektasia.

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retina
2.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pemfokusan mata
3.      Risiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan

C.     Intervensi
1.         Dx : Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retina
KH :
v Ketajaman penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat
v Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap perubahan.
            Rasional :
v Pengetahuan tentang penyebab mnengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
v Mengetahui visus dasar klien dan pengembangannya setelah diberikan tindakan.
            Intervensi :
v Jelaskan peyebab terjadinya gangguan penglihatan.
v Lakukan uji ketajaman penglihatan
v Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak atau kacamata bantu atau operasi   (keratotomi radikal ), epikeratofakia ,atau fotorefraktif keratektomi (FRK) untuk miopia.
2.        Dx : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pemfokusan mata
Tujuan : Rasa nyama klien terpenuhi
KH :
v Keluhan klien (pusing, mata lelah, berair, fotophobia) berkurang/hilang.
v Klien mengenai gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi tehadap perubahan yang terjadi.
            Rasional :
v Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
v Mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.
v Mengurangi silau dan akomodasi yang berlebihan.
            Intervensi :
v Jelaskan penyebab pusing , mata lelah, berair dan fotofobia.
v Anjurkan agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca terus menerus.
v Gunakan lampu/penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca.
v Kolaborasi pemberian kacamata untuk meningkatkan ketajaman penglihatan klien.
3.      Dx : Risiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
Tujuan : Tidak terjadi cedera.
            KH :
v Klien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami cedera.
v Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan.
            Rasional :
v perubahan ketajaman penglihatan dan kedalaman persepsi dapat meningkatkan resiko cedera sampai klien belajar untuk mengompensasi.
v Untuk mengurangi resiko cedera.
v Mengurangi potensial bahaya karena penglihatan kabur
v Untuk menghindari cedera.
           Intervensi :
v Jelaskan tentang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan.
v Beritahu klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas.
v Batasi aktivitas seperti mengendarai kendaraan pada malam hari.
v Gunakan kacamata koreksi / pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.

BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan
ü Klasifikasi kelainan refleks ada 2 yaitu :
1.         Ametropia
Ametropia dapat ditemukan 4 bentuk kelainan :
§  Miopi (rabun jauh)
§  Hipermetropi (rabun dekat)
§  Astigmatisme
§  Afakia
2.         Presbiopi (mata tua)

B.     LAMPIRAN
Berikut gambar anatomi mata normal



C.  Berikut gambar anatomi dari kelainan refraksi





DAFTAR PUSTAKA

Rahariyani, Lutfia Dwi . 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC
C. Dharta Dias. Ilmu Penyakit Mata . Edisi 2. CV Sagung Seto.
Manjoer, Arief. 2000. Ilmu Penyakit Mata . Jakarta : Salemba Medika.





























Tidak ada komentar:

Posting Komentar